Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih
Maha Penyayang
Ya Allah! Ya Allah! Hancurkan mereka,
jahanamkan mereka!
Ya Allah, menitis lagi airmataku. Kali ini bukan membaca kisah tetapi menyaksikan video-video Palestin di dalam satu program, yang sarat dengan darah, api, perjuangan dan peperangan. Kali ini bukan menitis lagi, tetapi saya menangis semaunya, tak dapat ditahan-tahan lagi. Terasa darah naik sampai ke kepala. Seolah-olah mahu pengsan saja. Rasa mahu terkeluar segala yang ada. Rasa terlepas apa yang disimpan selama ini di dalam hati. Mujurlah ramai orang, kalau tak pasti saya meraung dan menjerit. Ya Allah, sungguh saya menangis, dari hati yang paling-paling dalam.
Saat mendengar seruan pidato dalam bahasa Arab yang diterjemah pada skrin, meremang bulu roma saya, naik semangat. Saat mendengar jeritan hati anak Palestin, ya Abi! ya Abi! Sebak hati ini, menangis rawan. Mata sudah berkaca, airmata mengalir laju. Sambil mengesatnya, saya tidak upaya pun untuk melihat apa yang berlaku di sekeliling. Hilang rasa malu kepada orang. Rasa marah, geram dan sedih, kesal memuncak-muncak bercampur baur.
Kemuncak rasa saya ialah apabila seorang ibu menyatakan kekesalannya, marahnya dan kecamannya yang ditujukan kepada seluruh umat Islam yang ada sekarang, yang sedang menonton mereka dibantai, yang sedang mengenang nasib mereka di Palestin. Ya Allah, ya Allah, tatkala mesej itu sampai ke hati dan akal saya, saat itulah terasa darah dan segala uratnya naik ke muka. Seolah-olah ibu itu berada di hadapan saya. Seolah-olah kata-kata itu ditujukan kepada saya. Airmata ini terus mengalir mahu dan laju, tak dapat ditahan lagi. Saya sudah tidak peduli keliling-kelalang saya. Saya sudah tenggelam dalam dunia saya.
Ya Allah, bagaimana mahu saya nukilkan di sini, perasaan saya ketika itu. Saat itu, hati dan jiwa saya berperang, berkecamuk. Rasa malu yang amat, tercabar yang amat. Rasa sungguh sangat tidak berguna, seolahnya saya sedang dihempaskan dari tempat yang tinggi, ke batu yang sangat keras. Pecah hati saya ini mendengar luahan hati seorang ibu Palestin, saudara seagama saya. Memang dia berkata kepada saya di depan dan atas muka saya!
Bagaimana tuan kalau ada seorang ibu, seorang ibu yang berada di tengah-tengah medan perang, yang dipenuhi darah dan isi lainnya dengan kudrat yang lemah mengangkat senjata meski hanya batu-batu kerikil melawan tentera-tentera Yahudi, di hadapan tuan, di muka tuan melemparkan segala kekesalan, marahnya dan cabarannya. Bagaimana tuan?
Kita saudara seagama, tetapi kita tidak dapat berbuat apa-apa. Tak ada batu! Maaf jika saya sekasar ini di sini, saya sebutkan juga kata cela itu, yang saya tujukan pada saya sendiri. Barangkali itulah yang mahu ibu itu katakan. Ya Allah, yang kita mampu, hanya menonton saja. Ya manusia, buatlah apa-apa, buatlah apa-apa, buatlah apa yang terdaya. Mengecam, menyesal, marah, berdoa, demo, derma, boikot dan apa saja, demi saudara kita, tuan buatlah! Jangan banyak alasan, jangan banyak bicara, jangan banyak berkira!
Ya Allah, hati ini meraung dan merintih, apabila dimalukan, dicabar dan dicela oleh seorang ibu. Maafkan saya ibu, maafkan saya saudara di Palestin. Ampunkan aku ya Tuhan.
Ya Allah, hati ini menjerit, melihatkan anak-anak Palestin dibunuh, dibom dan dilukakan. “Biadap sungguh engkau Yahudi! Kurang ajar engkau Yahudi! Jahanam engkau Yahudi! Jahanam engkau Amerika! Ya Allah Engkau hancurkan mereka, Engkau jahanamkan mereka!” Laung mulut dan jerit hati saya, sekuatnya.
Ya Allah, telah lama hati ini didesak-desak menulis sesuatu untuk Palestin, tetapi baru saat ini, hati ini tergerak. Bukan tidak mahu, tetapi tidak tahu. Lantas, ibu tadi telah menyedarkan saya, niat yang lama terpendam. Terima kasih ibu. Ya Allah bukan dia, bahkan Engkaulah jua yang telah menggerakkan saya!
Ya Allah, jika Nabi-Mu mengajar, seseorang apabila saudara yang lainnya bersin, dan lidahnya terlancar kalimat alhamdulillah, hendaklah engkau sambut dan mendoakannya, yarhamkallah. Begitu ajaran Nabi. Itu kalau terbersin, betapalah ini, kejadian ini, peristiwa pembunuhan ini, yang berlaku kepada saudara-saudara kita di Palestin!
"Ya Allah, bantulah muslimin dan pejuang Islam dalam pertempurannya dengan Yahudi. Ya Allah, bantulah kami mengalahkan mereka di mana-mana saja. Ya Allah, tunjukkan mereka keajaiban kuasa-Mu. Ya Allah, jadikanlah mereka boleh dibilang dan janganlah Engkau lepaskan mereka walau seorang. Ya Allah jadikanlah senjata dan harta mereka sebagai rampasan di tangan kaum muslimin. Ya Allah, jadikan senjata mereka mengenai dada mereka sendiri, dan helah mereka mengenai tengkuk mereka, dan perancangan mereka menghancurkan mereka sendiri. Ya Allah, jadikanlah malaikat membantu kaum muslimin. Ya Allah, tepatkanlah tembakan dan lontaran mereka."
Saya tujukan doa ini kepada saudara kita di Palestin, yang dipetik daripada Ustaz Zaharuddin Abd. Rahman. Saya juga tujukan perkataan di bawah ini kepada semua, kepada saudara seagama dan agama lainnya, kepada yang ada rasa kemanusiaan, kepada PBB, OIC, EU dan kerajaan-kerajaan yang ada, kepada Yahudi dan Amerika, kepada semua yang memekakkan hati dan telinga atas kejadian ini. Meminjam patah sajak Usman Awang, “Jika kita menyesali kematian atas seseorang, dan hati tidak berdenyut untuk kematian yang lain, maka kemanusiaan tidak ujud di mahkota kebenaran, sebab bukanlah kemanusiaan bila ia ada perbatasan.”
Terngiang-ngiang di telinga, nasyid Merah Saga oleh kumpulan Shoutul Harakah;
Saat langit berwarna merah saga
Dan kerikil perkasa berlarian
Meluncur laksana puluhan peluru
Terbang bersama teriakan takbir
Semua menjadi saksi
Atas langkah keberanianmu
Kita juga menjadi saksi
Atas keteguhanmu
Ketika Yahudi-yahudi membantaimu
Merah terkesimbah di tanahairmu
Mewangi harum genangan darahmu
Membebaskan bumi jihad Palestina
Perjuangan telah kau bayar dengan jiwa
Syahid dalam cinta-Nya
Kematian itu samada dibunuh atau
Penyakit ialah perkara yang sama
Kita semua menunggu
hari terakhir hidup kita
Tiada yang berbeza
samada ditembak Apatche atau
kerana sakit jantung
Saya memilih dibunuh dengan
Apatche …
[Asy-Syahid Dr. Aziz Rantisi]
Ketika saya menceritakan kepada isteri, yang saya sampai menangis melihat tayangan video tersebut, dia mencelah, "Kalau tengok ke tuan, bekeng, tapi nangis juga, lembut hati." Aduh, saya rasa terkena tetapi berfikir sejenak, kemudian sambil-sambil tersenyum, saya menjawab, "Ummi, tak ingatkah ummi cerita Sayyidina Umar yang tak percaya Nabi sudah wafat. Umar begitu bekeng tapi dia menangis juga, tak tahan hati." Saya menyambung lagi, "Bekeng ada tempatnya, lembut pun ada tempatnya."
Justeru kawan, saya pasti akan menulis lagi, untuk saudara seagamaku jika ada izin-Nya, Insya-Allah. Saya berdoa juga kepada-Nya supaya rasa dan semangat ini jangan sampai bermusim, biar terus -terus sampai terbebasnya Al-Aqsa di bumi Palestin!
Dari tarikan nafas,
@buyon
Maha Penyayang
Ya Allah! Ya Allah! Hancurkan mereka,
jahanamkan mereka!
Ya Allah, menitis lagi airmataku. Kali ini bukan membaca kisah tetapi menyaksikan video-video Palestin di dalam satu program, yang sarat dengan darah, api, perjuangan dan peperangan. Kali ini bukan menitis lagi, tetapi saya menangis semaunya, tak dapat ditahan-tahan lagi. Terasa darah naik sampai ke kepala. Seolah-olah mahu pengsan saja. Rasa mahu terkeluar segala yang ada. Rasa terlepas apa yang disimpan selama ini di dalam hati. Mujurlah ramai orang, kalau tak pasti saya meraung dan menjerit. Ya Allah, sungguh saya menangis, dari hati yang paling-paling dalam.
Saat mendengar seruan pidato dalam bahasa Arab yang diterjemah pada skrin, meremang bulu roma saya, naik semangat. Saat mendengar jeritan hati anak Palestin, ya Abi! ya Abi! Sebak hati ini, menangis rawan. Mata sudah berkaca, airmata mengalir laju. Sambil mengesatnya, saya tidak upaya pun untuk melihat apa yang berlaku di sekeliling. Hilang rasa malu kepada orang. Rasa marah, geram dan sedih, kesal memuncak-muncak bercampur baur.
Kemuncak rasa saya ialah apabila seorang ibu menyatakan kekesalannya, marahnya dan kecamannya yang ditujukan kepada seluruh umat Islam yang ada sekarang, yang sedang menonton mereka dibantai, yang sedang mengenang nasib mereka di Palestin. Ya Allah, ya Allah, tatkala mesej itu sampai ke hati dan akal saya, saat itulah terasa darah dan segala uratnya naik ke muka. Seolah-olah ibu itu berada di hadapan saya. Seolah-olah kata-kata itu ditujukan kepada saya. Airmata ini terus mengalir mahu dan laju, tak dapat ditahan lagi. Saya sudah tidak peduli keliling-kelalang saya. Saya sudah tenggelam dalam dunia saya.
Ya Allah, bagaimana mahu saya nukilkan di sini, perasaan saya ketika itu. Saat itu, hati dan jiwa saya berperang, berkecamuk. Rasa malu yang amat, tercabar yang amat. Rasa sungguh sangat tidak berguna, seolahnya saya sedang dihempaskan dari tempat yang tinggi, ke batu yang sangat keras. Pecah hati saya ini mendengar luahan hati seorang ibu Palestin, saudara seagama saya. Memang dia berkata kepada saya di depan dan atas muka saya!
Bagaimana tuan kalau ada seorang ibu, seorang ibu yang berada di tengah-tengah medan perang, yang dipenuhi darah dan isi lainnya dengan kudrat yang lemah mengangkat senjata meski hanya batu-batu kerikil melawan tentera-tentera Yahudi, di hadapan tuan, di muka tuan melemparkan segala kekesalan, marahnya dan cabarannya. Bagaimana tuan?
Kita saudara seagama, tetapi kita tidak dapat berbuat apa-apa. Tak ada batu! Maaf jika saya sekasar ini di sini, saya sebutkan juga kata cela itu, yang saya tujukan pada saya sendiri. Barangkali itulah yang mahu ibu itu katakan. Ya Allah, yang kita mampu, hanya menonton saja. Ya manusia, buatlah apa-apa, buatlah apa-apa, buatlah apa yang terdaya. Mengecam, menyesal, marah, berdoa, demo, derma, boikot dan apa saja, demi saudara kita, tuan buatlah! Jangan banyak alasan, jangan banyak bicara, jangan banyak berkira!
Ya Allah, hati ini meraung dan merintih, apabila dimalukan, dicabar dan dicela oleh seorang ibu. Maafkan saya ibu, maafkan saya saudara di Palestin. Ampunkan aku ya Tuhan.
Ya Allah, hati ini menjerit, melihatkan anak-anak Palestin dibunuh, dibom dan dilukakan. “Biadap sungguh engkau Yahudi! Kurang ajar engkau Yahudi! Jahanam engkau Yahudi! Jahanam engkau Amerika! Ya Allah Engkau hancurkan mereka, Engkau jahanamkan mereka!” Laung mulut dan jerit hati saya, sekuatnya.
Ya Allah, telah lama hati ini didesak-desak menulis sesuatu untuk Palestin, tetapi baru saat ini, hati ini tergerak. Bukan tidak mahu, tetapi tidak tahu. Lantas, ibu tadi telah menyedarkan saya, niat yang lama terpendam. Terima kasih ibu. Ya Allah bukan dia, bahkan Engkaulah jua yang telah menggerakkan saya!
Ya Allah, jika Nabi-Mu mengajar, seseorang apabila saudara yang lainnya bersin, dan lidahnya terlancar kalimat alhamdulillah, hendaklah engkau sambut dan mendoakannya, yarhamkallah. Begitu ajaran Nabi. Itu kalau terbersin, betapalah ini, kejadian ini, peristiwa pembunuhan ini, yang berlaku kepada saudara-saudara kita di Palestin!
اللهم اُنْصُرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُجَاهِدِينَ عَلىْ اليَهُود..اللّهم انْصُرْناَ عَلَيْهِم فِي كُلِّ مَكَانٍ..اللّهمّ أَرِناَ فِيْهِمْ عَجَائِبَ قُدْرَتِكَ .. اللّهمّ أًحْصِهِمْ عَدَداً وَاقْتُلْهُمْ بَدَداً وَلاَ تُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَداً..اللّهمّ اجْعَلْهُمْ غَنِيْمَةً لِلْمُسْلِمِيْن..اللّهمّ اجْعَلْ سِلاَحَهُمْ فِي صُدُوْرِهِمْ وَكَيْدَهِمْ فِي نُحُورِهِمْ وَتَدْبِيْرِهِمْ تَدْمِيْراً لهَمُ , اللّهمّ اْجْعَلْ الملائكةَ تُعِيْنُ المسلمين ..اللّهمّ سَدِّدْ رَمْيَهُمْ .. اللّهمّ سَدِّدْ رَصَاصَهُمْ
"Ya Allah, bantulah muslimin dan pejuang Islam dalam pertempurannya dengan Yahudi. Ya Allah, bantulah kami mengalahkan mereka di mana-mana saja. Ya Allah, tunjukkan mereka keajaiban kuasa-Mu. Ya Allah, jadikanlah mereka boleh dibilang dan janganlah Engkau lepaskan mereka walau seorang. Ya Allah jadikanlah senjata dan harta mereka sebagai rampasan di tangan kaum muslimin. Ya Allah, jadikan senjata mereka mengenai dada mereka sendiri, dan helah mereka mengenai tengkuk mereka, dan perancangan mereka menghancurkan mereka sendiri. Ya Allah, jadikanlah malaikat membantu kaum muslimin. Ya Allah, tepatkanlah tembakan dan lontaran mereka."
Saya tujukan doa ini kepada saudara kita di Palestin, yang dipetik daripada Ustaz Zaharuddin Abd. Rahman. Saya juga tujukan perkataan di bawah ini kepada semua, kepada saudara seagama dan agama lainnya, kepada yang ada rasa kemanusiaan, kepada PBB, OIC, EU dan kerajaan-kerajaan yang ada, kepada Yahudi dan Amerika, kepada semua yang memekakkan hati dan telinga atas kejadian ini. Meminjam patah sajak Usman Awang, “Jika kita menyesali kematian atas seseorang, dan hati tidak berdenyut untuk kematian yang lain, maka kemanusiaan tidak ujud di mahkota kebenaran, sebab bukanlah kemanusiaan bila ia ada perbatasan.”
Terngiang-ngiang di telinga, nasyid Merah Saga oleh kumpulan Shoutul Harakah;
Saat langit berwarna merah saga
Dan kerikil perkasa berlarian
Meluncur laksana puluhan peluru
Terbang bersama teriakan takbir
Semua menjadi saksi
Atas langkah keberanianmu
Kita juga menjadi saksi
Atas keteguhanmu
Ketika Yahudi-yahudi membantaimu
Merah terkesimbah di tanahairmu
Mewangi harum genangan darahmu
Membebaskan bumi jihad Palestina
Perjuangan telah kau bayar dengan jiwa
Syahid dalam cinta-Nya
Kematian itu samada dibunuh atau
Penyakit ialah perkara yang sama
Kita semua menunggu
hari terakhir hidup kita
Tiada yang berbeza
samada ditembak Apatche atau
kerana sakit jantung
Saya memilih dibunuh dengan
Apatche …
[Asy-Syahid Dr. Aziz Rantisi]
Ketika saya menceritakan kepada isteri, yang saya sampai menangis melihat tayangan video tersebut, dia mencelah, "Kalau tengok ke tuan, bekeng, tapi nangis juga, lembut hati." Aduh, saya rasa terkena tetapi berfikir sejenak, kemudian sambil-sambil tersenyum, saya menjawab, "Ummi, tak ingatkah ummi cerita Sayyidina Umar yang tak percaya Nabi sudah wafat. Umar begitu bekeng tapi dia menangis juga, tak tahan hati." Saya menyambung lagi, "Bekeng ada tempatnya, lembut pun ada tempatnya."
Justeru kawan, saya pasti akan menulis lagi, untuk saudara seagamaku jika ada izin-Nya, Insya-Allah. Saya berdoa juga kepada-Nya supaya rasa dan semangat ini jangan sampai bermusim, biar terus -terus sampai terbebasnya Al-Aqsa di bumi Palestin!
Dari tarikan nafas,
@buyon
jeritan kembali lagi tatkala kami menonton majalah 3 yang memaparkan kekejaman zionis...
ReplyDeleteAllah! ya Allah! Allah! Saya berdoa supaya jangan sampai rasa ini bermusim, biar terus -terus!
ReplyDeleteSalam...
ReplyDeleteSaya sangat suka akan lagu serta lirik Merah Saga..selalu juga mendengarnya. Semoga Allah menurunkan nusrah!
Jika kelapangan, jemputlah menyuarakan pendapat anda yang bernas:)
Salam Taaruf. Alhamdulillah, itulah bagi kita hiburan yang terkandung di dalamnya, tarbiyyah, semangat, peringatan dan lainnya. BAsahkanlah lidah selalu, agar dengannya kita ingat sokmo penderitaan saudara kita di sana
ReplyDeleteBismillah, Alhamdulillah, Wassolatu wassalam ala Rasulillah..Allahhuakbar! Upaya kita tiada di palestin tapi ada di sini namun pemiliknya upaya, Tuhan yg Agung. kepadaNYA lah kita berserah diri setelah berusaha dari jauh.. Moga Allah teguhkan Iman kita walaupun dugaan jelas didepan mata..diunjuknya kita keadaan saudara kita disana utk menguji kita disini..Mudah mudahan kita di sini tidak ketakutan dan berpaling tadah aameen .Kawan2 Jom kita jihad.. Jihadlah dengan apajua cara sekalipun, walaupun sekecil-kecil perkara sekalipun, dengan upaya yg ada walaupun sedikit..Moga ada redha Allah pada semua kita Islam bersaudara.Pada Rakyat Palestin Syurga Akhirat milikmu..Pasti dan Yakin.
ReplyDeleteLemah saya bila membacanya semula,
ReplyDeletesebab itulah rasa hati
yang dalam dan
terpendam
Apa yang nampak,
ditulis dari
jiwa
Moga beroleh rasa meski setitis
cuma, sesiapa
salam..
ReplyDeletememamah perlahan mencecah rasa..
tnta-tinta derita menumpah kata..
bagamana saudara-saudara ku di gaza?
bagaimna ramadhan di sana..?
sesungguhnya air mata..
telah mengalir tanpa dipinta..
wassalam...
salam cahya,
ReplyDeleteBegitulah rasa hati, kadang
tak tertulis, barangkali hanya
inilah sekali untuk menggambarkan
rasa hati yang masih berdenyut
hingga saat ini
Assalamualaikum, sahabat.
ReplyDeleteaku tertarik dengan entri ini...
waalaikumsalam wm wbt sahabat,
ReplyDeleteMoga beroleh rasa,
Insya-Allah